OVERTHINKING MEMBUNUHMU: MENEMUKAN TITIK NOL KETENANGAN DI TENGAH BADAI RUMINASI
OVERTHINKING MEMBUNUHMU: MENEMUKAN TITIK NOL KETENANGAN DI
TENGAH BADAI RUMINASI
Diinspirasi dari: Berdamai Dengan Overthinking oleh Rahma Kusharjanti
Setiap manusia berpikir. Hal itu adalah fakta. Otak kita
adalah mesin superkomputer yang tak pernah istirahat, terus memproses data,
merencanakan masa depan, dan belajar dari masa lalu. Namun, tahukah Anda, ada
satu garis tipis yang memisahkan antara berpikir strategis dan berpikir
berlebihan?
Berpikir strategis membawa kita pada solusi, kemajuan, dan
inovasi. Sementara itu, berpikir berlebihan, yang sering kita sebut overthinking,
justru menjadi beban mental yang merampas energi, kualitas tidur, dan
bahkan, secara perlahan, membunuh potensi terbesar dalam diri kita.
Bukan hanya sekadar "banyak mikir", overthinking
adalah sebuah pola yang merugikan, sebuah siklus tanpa ujung yang hanya fokus
pada masalah tanpa menghasilkan solusi. Jika Anda sering merasa lelah bukan
karena aktivitas fisik, tetapi karena pikiran ; jika Anda susah tidur karena
rasa cemas ; atau jika Anda selalu menyalahkan diri sendiri setelah membuat
keputusan, maka artikel berikut adalah peta jalan yang Anda butuhkan untuk
menemukan titik nol ketenangan.
Mari kita pelajari cara Berdamai Dengan Overthinking
dengan membedah akar masalahnya dan merumuskan langkah praktis yang teruji.
Overthinking, Apa Bedanya dengan "Berpikir Biasa"?
Overthinking didefinisikan sebagai aktivitas menggunakan
waktu terlalu banyak untuk memikirkan suatu hal dengan cara yang merugikan.
Dua manifestasi utamanya adalah ruminasi dan khawatir.
Sangat penting untuk membedakan antara overthinker
dengan pemikir atau pemikir strategis. Seorang pemikir strategis
mempertimbangkan risiko dan peluang dalam mengambil keputusan secara matang,
namun tetap mengutamakan kecepatan dan tindakan yang efektif. Sementara
overthinker, meskipun mungkin berniat mencari kesempurnaan, justru tenggelam
dalam pusaran pikiran yang membuatnya lumpuh dalam bertindak.
Tanda-Tanda Anda Terjebak dalam Pola Overthinking:
Menurut psikolog Aprinda Puji dan pakar pengembangan diri
Katherine Hurst, beberapa tanda utama overthinking meliputi:
1. Fokus pada Masalah, Bukan Solusi
Anda terus-menerus merenungkan hal
yang sama berulang kali, tetapi tidak berusaha mencari jalan keluar yang nyata.
2. Kelelahan Emosional
Anda merasa sangat lelah bukan karena
aktivitas fisik, tetapi karena pikiran terus bekerja.
3. Kesulitan Mengambil Keputusan
Anda menghadapi kendala besar dalam
membuat pilihan, dan bahkan setelah keputusan dibuat, Anda terus menyalahkan
diri sendiri jika hasilnya dirasa salah.
4. Obsesi Kontrol dan Kesempurnaan
Anda ingin segala sesuatu berada
dalam kendali penuh dan terobsesi pada kesempurnaan, sehingga takut gagal atau
membuat kesalahan sekecil apa pun.
5. Meragukan Penilaian Diri
Anda tidak memercayai penilaian atau
keputusan diri sendiri, bahkan untuk hal-hal sederhana.
Jika Anda menjawab "ya" pada sebagian besar poin di
atas, kemungkinan besar Anda sedang berada dalam tahap overthinking yang perlu
disadari dan ditangani.
Ruminasi: Cabang Overthinking yang Paling Mematikan
Ruminasi adalah akar utama dari overthinking. Secara
psikologis, ruminasi berarti pemikiran obsesif dan berulang yang mengganggu
aktivitas mental. Ruminasi adalah proses berpikir berulang, biasanya
negatif, yang tidak terkendali.
Bayangkan sebuah roda gigi yang terus berputar, mengulang
kaset yang sama. Ruminasi akan membawa Anda kembali pada peristiwa buruk di
masa lalu atau kejadian negatif di masa kini, menghasilkan tekanan emosional
yang tinggi. Ruminasi seperti mengunyah lagi makanan yang sudah dimakan, tidak
ada nutrisi baru, hanya kelelahan berulang.
Ruminasi sangat berbahaya karena, jika terus berlanjut, dapat
menjadi gejala awal dari kondisi yang lebih serius, seperti depresi.
6 Pemicu Utama Ruminasi
Memahami pemicu adalah langkah pertama untuk mengendalikan
ruminasi. Berikut enam pintu masuk yang biasa digunakan ruminasi untuk
menyerang pikiran Anda:
1. Stres yang Tidak Terselesaikan
Pemicu paling umum. Stres bisa terjadi karena tuntutan
pekerjaan, kekhawatiran finansial, atau ekspektasi keluarga yang berat
(misalnya, tuntutan menikah di usia tertentu). Ketika Anda tidak mendapatkan
jawaban pasti atas masalah hidup, pikiran Anda akan terus berputar di tempat
yang sama.
2. Kejadian Traumatis di Masa Lalu
Pengalaman yang menyakitkan atau memalukan, sekecil apapun, yang
teringat berulang kali dapat menjadi bahan bakar ruminasi. Misalnya, kegagalan
kecil saat presentasi atau pengalaman yang membuat Anda merasa
"gagal" di masa lalu.
3. Sifat Perfeksionis (Kesempurnaan Semu)
Orang dengan sifat perfeksionis cenderung resah dan gelisah
jika menemukan cacat pada hasil kerjanya, bahkan yang tidak perlu diperbaiki. Obsesi
tersebut membuat Anda menghabiskan waktu berjam-jam untuk re-check hal
yang sebenarnya sudah cukup. Ingat: tidak sempurna itu wajar! Kita
adalah manusia dan kita bisa belajar serta memperbaiki diri dari setiap
kekurangan.
4. Self-Esteem yang Rendah
Self-esteem adalah harga diri yang meliputi pikiran, perasaan, dan
pandangan kita terhadap diri sendiri. Ketika Anda memiliki self-esteem
yang rendah, Anda cenderung memandang diri sendiri lebih rendah dari orang lain
dan kesulitan menerima pujian. Bahkan, pujian yang datang tulus sering
dipertanyakan dengan kecurigaan, membuat Anda terus-menerus berpikir buruk
terhadap diri sendiri.
5. Sedang Menghadapi Suatu Ketakutan
Rasa takut terhadap sesuatu yang tidak pasti di masa depan,
seperti ketakutan akan sakit, bencana, atau ketidakpastian karier, memicu
overthinking secara otomatis. Hal ini adalah reaksi naluriah yang sayangnya
sering membesar-besarkan kemungkinan terburuk (pemikiran katastropik).
6. Diingatkan tentang Kegagalan atau Kesalahan Lama
Pengalaman memalukan atau kesalahan yang Anda buat di masa
lalu, bahkan yang sudah berlalu bertahun-tahun, jika teringat kembali dapat
memicu ruminasi, membuat Anda sulit untuk move on.
Titik Balik Menuju Ketenangan
Overthinking sesungguhnya tidak "dibunuh", tetapi
"didamaikan". Kuncinya bukan berhenti berpikir, melainkan mengalihkan
pikiran yang merugikan menjadi pemikiran yang memberdayakan dan solutif.
Berikut adalah strategi teruji yang dapat Anda terapkan
segera untuk menghentikan siklus ruminasi dan overthinking:
1. Kenali, Sadari, Terima, dan Rangkul Diri
Langkah pertama adalah kesadaran penuh (mindfulness).
Anda tidak akan bisa mengatasi masalah yang tidak Anda akui.
- Kenali: Identifikasi pemicu spesifik
Anda. Apakah overthinking Anda muncul saat Anda merasa tidak berdaya
tentang masa depan? Atau saat Anda merasa insecure?
- Sadari: Pikirkanlah, saat ini, di mana
pikiran saya? Sadari bahwa Anda sedang dalam mode overthinking.
- Terima: Jangan melawan. Cukup katakan,
"Saya sedang cemas/khawatir tentang hal ini." Menerima adalah
tindakan yang melepaskan sebagian besar energi negatif dari pikiran itu
sendiri.
- Rangkul
Diri: Beri diri
Anda ruang untuk merasa tidak baik-baik saja. Perlakukan diri sendiri
seperti Anda memperlakukan sahabat terbaik: dengan kasih sayang dan
dukungan.
2. Tuliskan Apa yang Menjadi Bahan Overthinking
Ambil pena dan kertas, atau buka aplikasi catatan Anda. Tuliskan
semua yang mengganjal di pikiran Anda secara terperinci. Tulisan tersebut
berfungsi seperti "Kolom Pembuangan Pikiran".
Menulis akan memaksa pikiran yang bercabang ke mana-mana
menjadi linear, terstruktur, dan terukur. Ketika pikiran sudah ada di luar
kepala (di atas kertas), Anda dapat melihatnya sebagai masalah eksternal yang
dapat dianalisis, bukan sebagai bagian dari identitas Anda. Dari sana,
tanyakan: Apa yang bisa saya lakukan besok untuk menyelesaikan hal ini?
3. Mengganti Automatic Negative Thought (ANT) Menjadi Positive
Thought
Overthinking sering dipicu oleh ANT (Pikiran Negatif
Otomatis). Contoh ANT: "Pasti presentasi saya gagal." atau "Saya
tidak akan pernah mencapai cita-cita."
Anda harus mengganti naskah negatif tersebut dengan narasi
yang lebih realistis dan positif. Proses ini dikenal sebagai cognitive
restructuring.
- Latihan
Ganti Naskah:
- ANT: "Saya bodoh karena
membuat kesalahan dalam laporan ini."
- Pikiran
Realistis: "Saya
membuat kesalahan dalam laporan, tetapi itu adalah hal yang wajar. Saya
akan segera memperbaikinya, dan saya sudah belajar cara mencegahnya di
masa depan."
Selain itu, mulai biasakan berkata pada diri sendiri: "Everything
Could Be Better Than Expected" (Semua bisa jadi lebih baik dari yang
diharapkan). Ungkapan tersebut menciptakan ruang mental untuk harapan, bukan
keputusasaan, dan memutus siklus pemikiran katastropik.
4. Cari Distraksi yang Positif dan Berdaya
Ketika siklus ruminasi datang, otak Anda membutuhkan gangguan
(distraksi) untuk memutus pola tersebut. Namun, pilihlah distraksi yang
positif, bukan yang melarikan diri (seperti scroll media sosial tanpa
tujuan).
- Aktivitas
Fisik:
Berolahraga, berjalan kaki, atau membersihkan rumah dapat mengalihkan
fokus dari pikiran ke tubuh.
- Hobi
yang Menggugah:
Lakukan kegiatan yang benar-benar Anda nikmati, seperti melukis, membaca
buku baru, atau memasak resep baru.
- Membantu
Orang Lain: Mengalihkan
fokus dari masalah diri sendiri kepada orang lain yang membutuhkan bantuan
dapat memberi Anda perspektif baru dan meningkatkan self-esteem
secara positif. Aksi nyata ini memberi makna yang lebih besar daripada
terperangkap dalam pikiran Anda sendiri.
5. Jangan Takut Mencari Bantuan Profesional
Jika overthinking sudah mencapai skor 41 – 50 pada skala
penilaian mental , atau jika itu mengganggu fungsi sehari-hari (pekerjaan,
hubungan, tidur), maka inilah saatnya mencari bantuan profesional.
Ingatlah, mencari bantuan psikolog atau konselor bukanlah
tanda kelemahan, melainkan tanda kekuatan dan kemauan untuk menyelesaikan
masalah secara tuntas.
Akhir yang Bukan Akhir
Perjalanan berdamai dengan overthinking bukanlah sebuah garis
finis, melainkan sebuah proses yang berkelanjutan. Sama seperti otot yang
dilatih, pikiran pun perlu dilatih untuk menjadi lebih tangguh.
Mungkin overthinking akan datang dan pergi, seperti gelombang.
Kuncinya adalah tidak lagi membiarkan pikiran berlebihan itu merampas
kebahagiaan dan waktu Anda. Ulangi terus strategi pengurang overthinking dan
jangan pernah berhenti mencoba.
Untuk Anda yang sedang berjuang mencari jawaban atas hal-hal
yang berputar di pikiran, ingatlah pesan dari penulis buku ini: "Saya
bersama Anda di sepanjang perjalanan ini.".
Ambil langkah kecil hari ini. Tenangkan napas. Everything
is going to be fine.
#SelfImprovement #MentalHealth #Overthinking #Productivity

Posting Komentar untuk "OVERTHINKING MEMBUNUHMU: MENEMUKAN TITIK NOL KETENANGAN DI TENGAH BADAI RUMINASI"
Posting Komentar