TRANSFORMASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA: PRAKTIK BAIK DARI KELAS IX MTs NEGERI SALATIGA

Di tengah derasnya arus digitalisasi pendidikan, guru tidak lagi cukup hanya menguasai materi. Mereka dituntut menjadi arsitek pengalaman belajar—menghadirkan pembelajaran yang tidak hanya informatif, tetapi juga relevan, bermakna, dan sesuai dengan perkembangan zaman. Laporan pelaksanaan pembelajaran Matematika Triwulan IV yang disusun oleh Miftah Syarifuddin, S.Si., M.Pd., di MTs Negeri Salatiga menjadi contoh konkret bagaimana teknologi digital dan pedagogi modern bersinergi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Artikel berikut mencoba merangkum sekaligus mengelaborasi praktik baik tersebut—menghadirkan narasi edukatif yang kaya, mendalam, dan bisa menjadi rujukan bagi guru-guru lain di Indonesia yang sedang berupaya memperbarui praktik mengajar di kelasnya.

1. Mengapa Transformasi Pembelajaran Itu Mendesak?

Matematika adalah mata pelajaran yang sering dianggap “berjarak” dari kehidupan nyata. Banyak murid menganggap matematika rumit, kaku, dan penuh aturan. Namun, ketika teknologi digital digunakan secara tepat, matematika justru dapat menjadi mata pelajaran yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari.

Integrasi teknologi seperti presentasi interaktif, simulasi digital, platform pembelajaran, hingga eksplorasi visual melalui video dan aplikasi matematika, memungkinkan murid:

  • melihat konsep abstrak dalam bentuk konkret,
  • membangun pemahaman melalui eksplorasi, bukan sekadar menerima penjelasan,
  • berkolaborasi dalam kelompok,
  • dan menyelesaikan masalah kontekstual yang mirip dengan situasi nyata.

Inilah urgensi pembelajaran modern: membuat murid menjadi subjek aktif, bukan objek pasif dalam kelas.

2. Perencanaan Pembelajaran yang Berorientasi pada Capaian Pembelajaran (CP) dan Pedagogi Modern

Laporan tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran dirancang berdasarkan CP Kurikulum Merdeka. Dalam konteks Bab Bangun Ruang untuk kelas IX, guru tidak hanya menargetkan murid dapat menghitung luas permukaan atau volume, tetapi juga:

  • memahami klasifikasi bangun ruang,
  • merekonstruksi jaring-jaring bangun ruang,
  • menghubungkan konsep dengan masalah nyata,
  • serta menganalisis dampak perubahan skala terhadap ukuran bangun.

Pendekatan yang digunakan bukan sekadar “mengajar rumus”, tetapi mengajak murid menemukan sendiri konsep matematis. Inilah esensi pedagogi modern: penemuan, konstruksi makna, dan pengalaman autentik.

3. Aktivitas Pembelajaran yang Hidup dan Kontekstual

a. Belanja dan Bangun Ruang: Pembelajaran Berbasis Konteks

Salah satu aktivitas yang dicontohkan adalah eksplorasi melalui konteks kemasan barang belanjaan. Murid diajak menganalisis bentuk-bentuk kardus, kaleng, botol, dan kemasan nyata untuk:

  • mengidentifikasi bangun ruang,
  • memahami klasifikasi (kubus, balok, prisma, tabung, limas, kerucut, dan bola),
  • melihat hubungan antara bentuk dan fungsi kemasan,
  • serta mendalami persamaan dan perbedaan antar bangun ruang.

Aktivitas tersebut sangat kontekstual dan dekat dengan kehidupan murid—membuat konsep bangun ruang tidak lagi abstrak.

b. Membongkar Kardus, Membentuk Jaring-jaring

Praktik hands-on memotong kemasan menjadi jaring-jaring membantu murid memahami bahwa jaring-jaring bukan sekadar gambar di buku, tetapi representasi nyata dari permukaan sebuah bangun.

Dengan cara tersebut, murid:

  • melakukan pemotongan,
  • membandingkan dua jaring-jaring yang berbeda,
  • menggambar ulang jaring-jaring,
  • dan merekonstruksi kembali bangun ruangnya.

Kegiatan tersebut melatih kreativitas, ketelitian, dan kemampuan visual-spasial murid.

c. Menempel Notes Tempel untuk Menemukan Konsep Luas Permukaan

Aktivitas lainnya adalah menempel notes tempel pada lemari atau balok besar sebagai representasi sisi-sisi bangun ruang. Hal ini membantu murid memahami:

  • luas permukaan = jumlah luas semua sisi
  • ukuran tiap sisi memengaruhi total luas permukaan
  • rumus luas permukaan bersumber dari konsep konkret, bukan hafalan.

Pendekatan berbasis eksperimen seperti ini sangat efektif untuk membangun konsep yang tahan lama.

4. Teknologi Digital sebagai Penguat Pemahaman

Selain aktivitas konkret, laporan pembelajaran juga memanfaatkan berbagai sumber digital, termasuk:

  • presentasi interaktif,
  • video pembelajaran,
  • simulasi visual,
  • aplikasi seperti GeoGebra untuk eksplorasi bangun ruang,
  • serta sumber resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud).

Penggunaan GeoGebra, misalnya, memudahkan murid memutar, membongkar, dan menganalisis bangun ruang dalam bentuk digital. Penggunaan aplikasi tersebut mendukung pemahaman tiga dimensi secara visual.

Teknologi tidak menggantikan guru—tetapi memperkuat kemampuan guru untuk menciptakan pembelajaran yang interaktif, menarik, dan efisien.

5. Penilaian: Tidak Hanya Mengukur, tetapi Mengembangkan

Salah satu hal menarik dari laporan tersebut adalah pendekatan penilaian yang mencakup:

a. Pemahaman konsep

Pertanyaan seperti:

  • apa itu jaring-jaring,
  • mengapa beberapa bangun tidak memiliki jaring-jaring tertentu (misalnya bola),
  • serta bagaimana menggambar jaring-jaring dari berbagai bentuk,

mengukur pemahaman murid pada level mendalam.

b. Penerapan konsep

Soal menggambar bangun ruang dan menghitung luas permukaan menguji kemampuan murid dalam menghubungkan konsep dengan prosedur matematis.

c. Penilaian autentik

Melalui kegiatan memotong kardus, menempel notes tempel, atau membuat jaring-jaring, murid dinilai berdasarkan proses, bukan hanya hasil.

d. Analisis butir soal

Guru melakukan refleksi terhadap kualitas soal, tingkat kesulitan, dan distribusi pencapaian murid. Ini menunjukkan profesionalisme dalam asesmen formatif dan sumatif.

6. Pengayaan dan Remedial yang Manusiawi dan Efektif

Kurikulum Merdeka menekankan diferensiasi. Laporan ini menunjukkan implementasi nyata:

  • Pengayaan untuk murid yang sudah tuntas, berupa materi pendalaman atau tugas proyek.
  • Remedial tidak sekadar “mengulang soal”, tetapi melalui:
    • bimbingan individu,
    • belajar kelompok,
    • tutor sebaya,
    • pembelajaran ulang dengan pendekatan berbeda.

Ini adalah pendekatan manusiawi—tidak menyalahkan murid, tetapi mendukung mereka hingga mencapai capaian pembelajaran.

7. Refleksi Guru dan Murid: Kunci Pertumbuhan Berkelanjutan

Salah satu ciri pembelajaran modern adalah adanya ruang refleksi. Laporan ini menunjukkan bahwa:

  • Guru mengevaluasi strategi yang digunakan: apakah efektif, apakah murid aktif, apa yang perlu diperbaiki.
  • Murid merefleksikan pengalaman belajar mereka: apa yang bermanfaat, apa yang membuat mereka lebih memahami, dan bagaimana mereka menilai pencapaian diri.

Refleksi seperti ini memperkuat budaya belajar sepanjang hayat—baik untuk murid maupun guru.

8. Kesimpulan: Pembelajaran Matematika yang Hidup, Bermakna, dan Relevan

Dari keseluruhan laporan, tampak jelas bagaimana pembelajaran Matematika di kelas IX MTs Negeri Salatiga berubah menjadi:

  • aktif, bukan pasif,
  • bermakna, bukan hafalan,
  • kontekstual, bukan abstrak,
  • kolaboratif, bukan individual semata,
  • diperkuat teknologi, bukan sekadar papan tulis,
  • berorientasi proses, bukan sekadar nilai akhir.

Praktik pedagogi modern seperti ini sangat sejalan dengan arah transformasi pendidikan nasional. Lebih dari itu, praktik tersebut menunjukkan bahwa inovasi di kelas tidak harus selalu canggih—terkadang cukup dengan kardus bekas, notes tempel, dan kreativitas guru.

Akhir Kata

Pembelajaran Matematika yang efektif bukanlah hasil dari satu strategi ajaib, tetapi dari kombinasi:

  • perencanaan matang,
  • aktivitas kontekstual,
  • teknologi yang tepat,
  • asesmen yang membangun,
  • serta refleksi berkelanjutan.

Laporan ini membuktikan bahwa ketika guru menghadirkan pengalaman belajar yang autentik, murid bukan hanya belajar Matematika—tetapi juga belajar berpikir, berkolaborasi, dan menyelesaikan masalah, kompetensi yang akan mereka bawa hingga masa depan.

Apabila Anda seorang pendidik, semoga praktik baik ini dapat menginspirasi kelas Anda sendiri. Jika Anda seorang murid atau orang tua, semoga ini menjadi gambaran bahwa pembelajaran Matematika bisa sangat menyenangkan dan bermakna.

LAPORAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA TRIWULAN IV 

Posting Komentar untuk "TRANSFORMASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA: PRAKTIK BAIK DARI KELAS IX MTs NEGERI SALATIGA"