MENGUAK KEKUATAN POLA PIKIR BERTUMBUH: FONDASI KEBERHASILAN HIDUP
Di era informasi yang terus bergerak cepat, seringkali kita
mendengar ungkapan "Pola Pikir adalah Segalanya" (Mindset is
Everything). Ungkapan tersebut sama sekali tidak berlebihan, karena cara
kita memandang dunia dan berpikir akan secara langsung mendikte tindakan kita
dan pada akhirnya menentukan hasil yang akan kita peroleh.
Mindset, Skillset, dan Toolset: Fondasi yang Sering
Terabaikan
Seringkali, pertanyaan klasik muncul, mana yang lebih
penting, Pola Pikir (Mindset) atau Kumpulan Keterampilan (Skillset)?
Untuk menjawabnya, mari kita pahami konsep MST(set): Mindset, Skillset,
dan Toolset, sebagaimana dijelaskan dalam buku "The Next Rules
of Work: The Mindset, Skillset and Toolset to Lead Your Organization Through
Uncertainty" oleh Bolles (2021).
- Pola
Pikir (Mindset) didefinisikan sebagai cara kita melihat dan berpikir terhadap
sebuah peristiwa (how to see and how to think), yang berfungsi
untuk memperluas (broaden) cara pandang dan pemikiran kita.
- Kumpulan
Keterampilan (Skillset) adalah pengetahuan dan pengalaman yang berguna untuk
memperdalam (deepen) saat mempelajari sesuatu.
- Alat-alat
(Toolset)
adalah kumpulan metode dan alat yang berfungsi untuk mempertajam (sharpen)
dalam menganalisis sebuah peristiwa atau masalah.
Dari ketiga elemen tersebut, Pola Pikir jelas merupakan
fondasi utama. Tanpa pola pikir yang tepat, skillset dan toolset
di atasnya tidak akan berguna secara maksimal. Hal inilah mengapa kita sering
mendengar ungkapan: "Pola Pikir Lebih Penting dari pada Keterampilan"
(Mindset Over Skillset).
Mengenal Pola Pikir Bertumbuh (Growth Mindset)
Konsep Pola Pikir Bertumbuh (PPB) pertama kali dikembangkan
oleh Prof. Carol S. Dweck, seorang profesor psikologi dari Universitas Stanford.
Penelitiannya yang panjang berfokus pada perilaku dan sikap manusia saat
menghadapi tantangan, hambatan, dan kesulitan. Dalam bukunya "Mindset:
The New Psychology of Success", Prof. Dweck menjelaskan dua jenis pola
pikir: Pola Pikir Tetap (PPT) dan Pola Pikir Bertumbuh (PPB).
- Pola
Pikir Tetap (PPT)
Individu dengan PPT memiliki
keyakinan bahwa kecerdasan dan keterampilan bersifat tetap dan tidak dapat
diubah secara signifikan. Mereka cenderung menghindari tantangan agar tetap
terlihat cerdas, cepat menyerah saat menghadapi hambatan, menganggap usaha itu
mubazir karena orang cerdas seharusnya tidak perlu bekerja keras, melihat
kritik sebagai serangan pribadi yang harus ditolak, dan menganggap kesuksesan
orang lain sebagai ancaman.
- Pola
Pikir Bertumbuh (PPB)
Sebaliknya, individu dengan PPB
meyakini bahwa kecerdasan dan kemampuan dapat dikembangkan secara tidak
terbatas melalui proses belajar dan berusaha. Mereka menerima tantangan sebagai
sarana belajar, bertahan dan terus mencari solusi saat ada hambatan, melakukan
usaha sekeras mungkin karena ini adalah satu-satunya cara untuk sukses, melihat
kritik sebagai masukan yang berguna untuk memperbaiki diri, dan menjadikan
kesuksesan orang lain sebagai inspirasi.
Perbedaan fundamental tersebut sangat krusial. Sebuah survei
pola pikir yang disisipkan dalam Programme for International Student
Assessment (PISA) 2018 oleh Organisation for Economic Co-operation and
Development (OECD), bekerja sama dengan Prof. Dweck, yang melibatkan
600.000 murid berusia 15 tahun dari 79 negara, menunjukkan korelasi positif
yang signifikan, yaitu negara dengan jumlah murid ber-PPB tinggi akan memiliki
nilai akademis yang tinggi pula, dan sebaliknya. Sayangnya, Indonesia termasuk
salah satu dari 6 negara dengan jumlah murid ber-PPB yang sangat rendah, dengan
2 dari 3 murid terindikasi memiliki PPT. Hal ini menunjukkan urgensi untuk
menumbuhkan PPB di lingkungan pendidikan kita.
Transformasi dari Pola Pikir Tetap Menuju Pola Pikir
Bertumbuh
Bagi para guru, terutama dalam konteks Pembelajaran Mendalam,
peran mereka sebagai activator, collaborator, dan builder learning
culture sangatlah penting. Untuk menjalankan peran tersebut, guru harus
mampu mendorong murid yang memiliki PPT agar beralih ke PPB melalui empat
langkah kunci yang dijelaskan oleh Prof. Dweck:
1. Belajar mengenali "Suara
PPT"
Suara PPT menimbulkan kekhawatiran
saat menghadapi tantangan dan hambatan. Contohnya, "Kalau saya gagal
berarti saya tidak mampu" atau "Saya akan menolak tugas baru karena
risikonya besar".
2. Sadar bahwa kita punya
"pilihan"
Menyadari bahwa kita bisa memilih
bagaimana merespons suara-suara negatif tersebut.
3. "Berbicara kembali" dengan
"Suara PPB"
Mengganti pikiran negatif dengan
optimisme dan pandangan positif.
Contoh:
"Kalau saya gagal berarti saya
harus mencoba lagi" atau "Kesalahan adalah proses belajar".
4. Melakukan aksi sesuai dengan
"Suara PPB"
Menerjemahkan pola pikir positif
menjadi tindakan nyata.
Intervensi Pola Pikir: Mendorong Prestasi Akademik
Universitas Stanford, melalui pusat penelitian terapan PERTS
(the Project for Education Research That Scales), telah mengembangkan
Intervensi Pola Pikir (IPP) yang populer. IPP dirancang untuk meningkatkan
prestasi akademik murid dengan memberikan pemahaman bahwa perjuangan saat
menghadapi tantangan, hambatan, dan kesulitan dalam belajar adalah bagian dari
proses, bukan indikasi kegagalan atau kelemahan. Penelitian menunjukkan
korelasi kuat antara IPP dan peningkatan nilai akademik.
Langkah-langkah sederhana bagi guru untuk melakukan IPP:
- Dorong
murid yang menyerah untuk mencoba lagi.
- Berikan
"pujian proses" saat mereka berusaha.
- Jelaskan
perbedaan antara PPT dan PPB dalam menghadapi tantangan.
- Jelaskan
bahwa berbuat salah adalah cara otak belajar dan berkembang.
PERTS bahkan mengembangkan Mindset Kit (www.mindset.org)
yang berisi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), kegiatan, dan video untuk
membantu guru menerapkan PPB di kelas.
Membangun Komunitas Belajar yang Berdaya
Fondasi utama pengembangan PPB di sekolah adalah membangun
komunitas belajar yang kuat. Hal ini mencakup tiga jenis hubungan penting:
guru-murid, guru-orang tua, dan guru-guru.
Hubungan Guru dan Murid
Hubungan Guru dan Murid krusial untuk pembentukan PPB di
kelas, berlandaskan lima dimensi:
1. Murid yakin bahwa guru mereka percaya
pada kemampuan belajarnya.
2. Murid menghormati dan menyukai
gurunya.
3. Murid mau meminta masukan dari
gurunya.
4. Murid sadar bahwa nilai akademik
tidak lebih penting dari perkembangan diri.
5. Murid merasa aman dengan gurunya.
Menerapkan "Aturan Emas" dalam mengajar, yaitu perlakukan
murid sebagaimana Anda ingin diperlakukan, akan memperkuat hubungan tersebut. Guru
dengan PPB akan mengakui kesalahan dan memperbaikinya, menunjukkan teladan
nyata PPB.
Hubungan Guru dan Orang Tua
Membangun hubungan positif dengan orang tua juga vital. Guru
dengan PPT mungkin menganggap orang tua tidak peduli, namun guru dengan PPB
akan aktif melibatkan orang tua dalam pendidikan murid, memanfaatkan media
sosial sebagai sarana komunikasi yang efektif.
Kekuatan Pujian: Pribadi vs Proses
Cara guru memberikan pujian atau kritik sangat menentukan
jenis pola pikir yang akan terbentuk pada murid. Prof. Dweck melakukan
percobaan pada 400 murid Sekolah Dasar (SD) kelas 5 di New York. Setelah
mengerjakan soal mudah, satu kelompok dipuji "Kamu pasti pintar"
(Pujian Pribadi), dan kelompok lain dipuji "Kamu pasti sudah bekerja
keras" (Pujian Proses).
Ketika diberi pilihan soal mudah atau sulit, murid yang
diberi Pujian Pribadi cenderung memilih soal mudah. Sebaliknya, lebih dari 90%
murid yang diberi Pujian Proses memilih soal yang jauh lebih sulit.
Kesimpulannya, Pujian Pribadi cenderung mendorong PPT, karena
murid akan haus pujian tanpa peduli proses belajar. Sementara itu, Pujian
Proses akan membentuk PPB, karena proses belajar dan berusaha lebih penting
daripada sekadar nilai. Contoh perbedaannya:
- Pujian
Pribadi:
"Kamu memang berbakat dalam Matematika."
- Pujian
Proses:
"Kamu butuh materi yang akan menantang otakmu."
Kesalahan yang Produktif (Productive Failure)
Prof. Manu Kapur, seorang profesor psikologi di Hong Kong
Institute of Education, meneliti konsep Productive Failure (PF). Penelitiannya
menunjukkan bahwa ketika murid diberi kesempatan untuk mencoba dan berjuang menyelesaikan
masalah, mereka akan lebih mudah memahami dan menerapkan informasi yang didapat
dari perjuangan itu di kemudian hari.
Dalam proyek "Singapore Learning to Fail", satu
kelompok murid diberi instruksi eksplisit untuk soal Matematika, sementara
kelompok lain tidak dan diminta berkolaborasi mencari solusi. Kelompok pertama
berhasil menjawab semua soal, sedangkan kelompok kedua tidak. Namun, kelompok
kedua menghabiskan lebih banyak waktu membahas berbagai ide dan strategi. Hal tersebut
menunjukkan bahwa meskipun mereka "gagal" dalam menyelesaikan soal,
proses perjuangan mereka adalah pembelajaran yang produktif.
The Power of YET: Mengubah Perspektif
Salah satu prinsip penting dalam mengembangkan PPB adalah
"the Power of YET" (PoY). Setiap kalimat negatif yang
mengandung kata "tidak" dapat diubah menjadi "belum" dengan
menambahkan kata "yet" di akhir kalimat. Misalnya, "Saya
tidak bisa" menjadi "Saya belum bisa".
Perubahan tersebut mengubah makna kesalahan atau kegagalan
menjadi "pembelajaran" karena membuka kesempatan untuk mencoba
kembali. PoY mendorong PPB, sementara "the Tyranny of NOW"
(ToN) mendorong PPT, di mana semuanya dinilai "saat ini" tanpa
kesempatan untuk mengulang dan memperbaiki. ToN menutup peluang murid untuk
belajar dari kesalahan, membuat mereka terjebak dalam pola pikir "saya
tidak bisa".
Target Performa vs. Target Pembelajaran: Mendesain Ruang
Kelas untuk Pertumbuhan
Prof. Carol Ames, seorang psikolog pendidikan dari Michigan
State University, merancang sistem TARGET untuk membedakan ruang kelas
berstruktur "Target Performa" dan "Target Pembelajaran". Sistem
tersebut mengacu pada enam dimensi (Task, Authority, Recognition, Grouping,
Evaluation, Time).
Dimensi |
Target Performa |
Target Pembelajaran |
Task (Tugas) |
Terlalu mudah, hafalan |
Bervariasi, menantang |
Authority
and Recognition (Otoritas
dan Pengakuan) |
Guru memberi petunjuk jelas; murid dihargai karena
mengumpulkan tugas |
Guru memberi petunjuk awal, murid mencari cara; murid
dihargai karena usaha dan strategi |
Grouping (Pengelompokan) |
Berdasarkan kemampuan, kompetisi ketat |
Berdasarkan cara belajar, kolaborasi baik |
Evaluation (Evaluasi) |
Umum, mengutamakan hasil akhir |
Individu, mengutamakan kemajuan dan perkembangan |
Time (Waktu) |
Batasan waktu ketat dan kaku |
Batasan waktu bervariasi, penguasaan materi lebih penting
dari kecepatan |
Penelitian Prof. Dweck pada murid SMP menunjukkan bahwa kelas berorientasi Target Performa cenderung mendorong PPT, sementara kelas berorientasi Target Pembelajaran mendorong PPB karena setiap murid diberi kesempatan untuk memperbaiki diri.
Pembelajaran Berbasis Otak (Brain-Based Learning) dan
Peta Pikiran
Konsep PPB Prof. Dweck menarik minat ahli Neurosains,
terutama kaitannya dengan Plastisitas Otak, yaitu kemampuan otak untuk berubah.
Ketika murid belajar dan berjuang memahami, semakin banyak jalur neuron yang
terbentuk dan menguat, memungkinkan pengiriman sinyal lebih cepat, artinya
murid belajar dan mengingat lebih cepat.
Seorang profesor Matematika di Universitas Stanford, Prof. Jo
Boaler, yang pernah menjadi mahasiswa Prof. Dweck, menyatakan dalam bukunya
"Mathematical Mindset" bahwa saat murid membuat kesalahan,
aktivitas otaknya terpicu, yang tidak terjadi jika mereka langsung mendapat
jawaban benar. Murid dengan PPB akan mengalami pertumbuhan otak signifikan saat
membuat kesalahan dan terus mencoba. Hal inilah mengapa pelajaran Matematika
seharusnya lebih berorientasi pada Target Pembelajaran, bukan hanya pada
penguasaan konsep dengan soal jawaban tunggal.
Berdasarkan cara kerja neuron, Prof. Tony Buzan dari Buzan
Center United Kingdom (UK) menciptakan "Peta Pikiran" (Mind Map)
sebagai alat belajar. Peta Pikiran membantu murid menyusun informasi dan sangat
mendukung pembelajaran konstruktivisme, di mana pemahaman mendalam diperoleh
melalui konstruksi informasi.
Penyusunan Peta Pikiran melibatkan:
- Ide
Pokok (Central Idea/CI) di tengah.
- Cabang-cabang
Utama (Basic Ordering Ideas/BOI) sebagai sub-bab.
- Informasi
detil tersusun dalam Kategori dan Hirarki (Category and Hierachy)
untuk setiap cabang utama.
- Korelasi antar kategori/hirarki.
- Warna
dan ikon untuk memperkaya visual.
Aplikasi Peta Pikiran dalam pembelajaran dibagi dua:
- Note Taking
Mengorganisir ide atau informasi dari
orang lain (mengubah tulisan linear menjadi Peta Pikiran).
- Note Making
Membuat kerangka karangan atau
laporan dari ide sendiri (membuat Peta Pikiran lalu diubah menjadi tulisan
linear).
Peran Pola Pikir Bertumbuh dalam Pembelajaran Mendalam (PM)
PPB memiliki peran besar dalam banyak bagian Kerangka Kerja
PM, meliputi:
1. Peran PPB dalam Kerangka Pembelajaran
- Praktik
Pedagogik
Dalam model pembelajaran yang
berpusat pada penyelesaian masalah, proyek kolaboratif, dan eksplorasi ide,
murid pasti menghadapi hambatan. Di sinilah prinsip Productive Failure, The
Power of YET, dan Intervensi Pola Pikir dibutuhkan. Peta Pikiran mendukung
konstruktivisme, membantu murid membangun pemahaman.
- Lingkungan
Pembelajaran
Menciptakan iklim belajar yang
kondusif membutuhkan PPB. Murid perlu keyakinan bahwa eksplorasi dan kolaborasi
akan menumbuhkan mereka, dan dengan PPB, mereka akan bertahan serta berani
mengambil risiko saat ada kesalahan atau kegagalan.
- Kemitraan
Pembelajaran
Hubungan kuat antara guru-murid,
guru-orang tua, dan guru-guru membutuhkan PPB karena elemen "saling
percaya" sangat penting untuk tumbuh kembang murid.
- Pemanfaatan
Digital
Digital Mindset, yang prinsipnya sama dengan PPB,
sangat penting dalam Transformasi Digital. Keyakinan untuk berkolaborasi dengan
teknologi, bukan menganggapnya sebagai pesaing, adalah fondasi awal.
2. Peran PPB dalam Pengalaman Belajar (3M: Memahami,
Mengaplikasi, Merefleksi)
- Memahami
Proses pemahaman seringkali tidak
mulus. PPB dibutuhkan agar murid memahami bahwa kendala dan kesulitan adalah
tanda proses belajar dan otak sedang membentuk jalur baru, bukan kelemahan.
- Mengaplikasi
Tahap mengaplikasi membutuhkan
pendalaman pengetahuan yang melibatkan penerapan PPB, penyelesaian masalah, dan
pengambilan keputusan efektif. PPB memicu kreativitas dan penalaran kritis
untuk solusi inovatif.
- Merefleksi
PPB sangat berperan di tahap merefleksi,
mendorong murid untuk memahami tujuan pembelajaran, mengeksplorasi kekuatan,
tantangan, dan area perbaikan, serta bertahan menghadapi tantangan dengan
keyakinan tinggi untuk terus bertumbuh dan berkembang.
3. Peran PPB dalam Prinsip Pembelajaran (BBM: Berkesadaran,
Bermakna, Menggembirakan)
- Berkesadaran
(Mindful)
Berkesadaran adalah fondasi. Tanpa
kesadaran murid untuk belajar, prinsip bermakna dan menggembirakan tidak akan
muncul. Dengan PPB, murid sadar bahwa belajar adalah proses yang penuh
tantangan, hambatan, dan bahkan kegagalan. Learning Mindsets ("Saya
bisa merubah kemampuan saya lewat usaha", "Saya bisa meraih
sukses", "Tugas-tugas ini memiliki nilai dan tujuan") sangat
selaras dengan prinsip Berkesadaran ini.
- Bermakna
(Meaningful)
Pembelajaran yang bermakna
membutuhkan PPB agar murid menjadi pembelajar sepanjang hayat (lifelong
learner) yang melihat kendala sebagai "peluang".
- Menggembirakan
(Joyful)
PPB menciptakan suasana belajar yang
positif, menantang, menyenangkan, dan memotivasi, di mana keyakinan murid
terhadap kemampuan mereka untuk memahami dan mengaplikasikan pengetahuan
membawa kegembiraan.
4. Peran PPB dalam Dimensi Profil Lulusan
PPB berperan krusial dalam empat dimensi utama yang dikenal
sebagai Keterampilan Abad ke-21:
- Kreativitas
Kemampuan melihat masalah dari
berbagai sudut pandang, menghasilkan gagasan, dan menemukan solusi efektif. Murid
kreatif cenderung berpikir out of the box dan mengembangkan ide mendalam.
- Penalaran
Kritis
Kemampuan menganalisis dan
mengevaluasi informasi, ide, dan solusi secara cermat, bahkan dalam situasi
menantang. PPB mendukung kemampuan berpikir jernih dan tajam.
- Komunikasi
Kemampuan berinteraksi, berbagi
pendapat, menyampaikan sudut pandang beragam, dan terlibat aktif dalam
interaksi dua arah. Murid dengan PPB lebih mudah berkomunikasi karena yakin
lawan bicara bisa saling mengisi dan memperkuat.
- Kolaborasi
Kemampuan berkontribusi aktif, menyelesaikan
masalah bersama, dan menciptakan suasana harmonis untuk tujuan bersama. Dengan
PPB, murid bisa berkolaborasi baik karena memahami pentingnya Super Team.
Selain itu, PPB juga berperan dalam dimensi Kemandirian,
di mana murid dengan PPB memiliki keyakinan mampu mengatasi tantangan dan siap
terus belajar.
Pola Pikir Bertumbuh untuk Kreativitas
Dalam bukunya "In Search of Deeper Learning",
Mehta dan Fine (2019) mendefinisikan Pembelajaran Mendalam sebagai kombinasi
MIC: Mastery (mengembangkan pengetahuan dan keterampilan), Identity
(menjadi seorang "pembelajar"), dan Creativity (menciptakan
sesuatu dari pengetahuan).
Kreativitas bukan hanya tentang memahami, tetapi
"menciptakan". Ini membutuhkan innovative thinking untuk
menghasilkan sesuatu yang berbeda, kreatif, dan baru. Dalam proses menciptakan
"yang baru", PPB sangat berperan, karena kebaruan selalu memiliki dua
sisi: peluang dan tantangan. Seseorang yang kreatif harus memiliki PPB karena
proses mengembangkan ide dan solusi pasti melewati tantangan dan ketidakpastian.
Hanya dengan PPB seseorang mampu bertahan karena yakin akan berhasil pada
waktunya.
Kreativitas adalah "jembatan" antara masa sekarang
(Iterasi) dan masa depan (Inovasi) dalam siklus I-K-I (Iterasi – Kreativitas –
Inovasi).
Keterkaitan antara siklus I-K-I dengan "The 4 Zones
of Life" (Zona Nyaman, Zona Ketakutan, Zona Belajar, Zona Bertumbuh)
juga menunjukkan peran PPB yang vital. Saat seseorang ingin keluar dari Zona
Nyaman menuju Zona Belajar, ia harus melewati Zona Ketakutan. Di zona
inilah PPB dibutuhkan untuk mengatasi berbagai ketakutan saat menghadapi
tantangan, hambatan, dan kesulitan. Dengan PPB, rasa takut terhadap kendala
dapat "dieliminasi".
Kreativitas dapat berkembang dalam diri setiap orang yang mau
"melakukan transisi" dari PPT ke PPB melalui beberapa cara:
- Mengakui
dan menerima "ketidaksempurnaan".
- Melihat
tantangan sebagai peluang.
- Mencoba
strategi belajar yang berbeda saat mengalami kegagalan.
- Mengganti
kata "kegagalan" menjadi "pembelajaran".
- Berhenti
mencari pengakuan prematur.
- Menghargai
proses daripada hasil akhir.
- Lebih
mementingkan perkembangan daripada kecepatan.
- Menanamkan
kerendahan hati.
- Berani
mengambil risiko.
Dr. Gemma Leigh Roberts, seorang psikolog spesialis pola
pikir, dalam bukunya "Mindset Matters" (2022) menegaskan bahwa PPB
adalah pola pikir untuk kreativitas dan inovasi, karena banyak inovasi besar
diawali kegagalan. PPB juga mendukung "resiliensi psikologis" yang
mempersiapkan diri menghadapi tantangan dan menjaga diri dari stres di masa
depan.
Pola Pikir Bertumbuh untuk Pengetahuan Nilai dan Karakter
Dalam Pengalaman Belajar, selain Pengetahuan Esensial dan
Aplikatif, terdapat pula Pengetahuan Nilai dan Karakter. PPB memiliki hubungan
yang sangat kuat dengan Pengetahuan Nilai dan Karakter, yang berkaitan dengan
pemahaman nilai moral, etika, budaya, dan kemanusiaan untuk membentuk
kepribadian, sikap, dan perilaku.
Chris Hildrew dalam bukunya "Becoming a Growth
Mindset School" (2018) menyatakan bahwa PPB terkait erat dengan
Pendidikan Karakter. Murid dengan PPB akan memiliki berbagai "karakter
non-kognitif" seperti kesabaran, ketangguhan, keuletan, dan kegigihan,
karena mereka memahami bahwa mereka mampu mencapai apapun melalui belajar dan
berusaha.
Menurut Prof. Thomas Lickona, Bapak Pendidikan Karakter
Dunia, karakter yang baik memiliki tiga komponen: Pengetahuan Moral (Moral
Knowing), Penghayatan Moral (Moral Feeling), dan Tindakan Moral (Moral
Action). Mengetahui hal baik saja tidak cukup tanpa penghayatan dan aksi
nyata. Oleh karena itu, Pengetahuan Nilai dan Karakter penting agar pengetahuan
yang dipelajari berguna untuk menolong orang lain dan membentuk diri menjadi
pribadi yang baik.
Definisi baru karakter oleh Lickona dan Davidson dalam "Smart
& Good High Schools" (2005) mencakup dua bagian yang saling
melengkapi: Karakter Performa (Performance Character) dan Karakter Moral
(Moral Character).
Kesimpulan
Pola Pikir Bertumbuh adalah lebih dari sekadar konsep
psikologis, hal ini adalah fondasi yang memberdayakan individu untuk menghadapi
tantangan, belajar dari kesalahan, dan mencapai potensi penuh mereka. Dengan
memahami dan menerapkan prinsip-prinsip PPB, kita tidak hanya meningkatkan
kemampuan akademis, tetapi juga membentuk karakter yang tangguh, kreatif, dan
kolaboratif. Hal ini adalah perjalanan tanpa henti, di mana setiap
"belum" adalah undangan untuk "mencoba lagi", dan setiap
"kesulitan" adalah peluang untuk "bertumbuh".
Sumber:
Bahan Bacaan Pola Pikir Bertumbuh (Growth Mindset)
Posting Komentar untuk "MENGUAK KEKUATAN POLA PIKIR BERTUMBUH: FONDASI KEBERHASILAN HIDUP"
Posting Komentar